Stop bilang kamu gak bisa
Itu hanya prasangkamu saja
Lihat kemarin
Sudah banyak tebing dan lembah curam yang kau lalui
Tinggal sedikit lagi
Kau sampai di salah satu puncaknya
Tak perlu tergesa gesa
Yang penting berproses
Jika sudah diatas sana
Tetap jangan hilang pijakan yaaa
Kamu kan seorang pejuang !
Pupus kita kali ini benar benar putus
kita berdua saling menghakimi
Tanpa mau ada negosiasi, apresiasi !
Galau, ya pasti.
Sejak tadi jantung ini tak berhenti manggut, karena tak percaya “semua kata percuma”
Muka yang membiru tetaplah membiru, aku malu.
Tapi apa daya, belum cukup waktu.
Belum cukup pengertianmu juga sampai disitu.
Kita diujung tandu . . .
Mendapatkan berlian itu sulit
Maka dari itu, aku tetap menjagamu walau dari jauh
Setidaknya kau bisa aman tanpa ku sentuh
Ini bukan berarti tak ada rindu
Hanya saja, menabungnya akan lebih indah bukan ?
Seolah bijak?
Ya, memang
Mau bagaimana lagi
Satu-satunya jalan untuk menenangkan banyak hati adalah dengan menghilangkan kekhawatirannya
Nanti atau esok,
Saat celengan rindu sudah penuh,
Ketika aku bisa berkata dengan usahaku
Kita selesaikan
#banyak yang berubah sejak kemarin. Kayanya kita makin jauh aja. Kamu disana aku disini. Liburan panjang bagai tak bertepi. Yasudahlah. Jogja indah kan ? DBG
1 januari kemarin tampak ada yang bersedih
Meringis pada sanak saudara dan berupaya menahan lara
Walau sudah keluar air mata
Jika sudah begini, tak ada lagi yang dosa yang mau di buang sembarangan, sampah sampah dikali yang menggenang, pohon suci yang di eksekusi tebang.
Rawa sudah hilang jadi pemukiman, gunung gundul hilang pepohonan dan kali bersih banyak polusi
Akankah kita sadar,
Kemarin ibu pertiwi menangis hingga banjir bandang atau tetap memaki yang tak salah
Padamu 2019
Aku terpaut 1 hari jauh darimu dan tak mungkin kembali
Bingkai ceritamu sudah menjadi laman yang mungkin akan ku buka kali nanti
Cinta, tawa, senda dan massa mesti teringat dalam sanubari
Bukan hal kecil dan kerap jadi penting
Ku bawa albun ini ya !
Puisi senja 